Bengkel Bangun – Mungkin bagi sebagian tukang las atau welder, las argon masih asing ditelinga dibanding dengan las karbit atau las listrik. Nama “argon” berasal dari kata Yunani αργον berarti “malas” atau “yang tidak aktif”, sebuah referensi untuk fakta bahwa elemen hampir tidak mengalami reaksi kimia. Oktet lengkap (delapan elektron) di kulit atom terluar membuat argon stabil dan tahan terhadap ikatan dengan unsur-unsur lainnya. Titik triple suhu 83,8058 K adalah titik tetap yang menentukan dalam Skala Suhu Internasional 1990.
Argon dengan lambang rumus kimia Ar mempunyai sifat tidak ada warna (colorless), tidak ada rasa (tasteless), tidak berbau (odorless), tidak beracun (non-toxic), tidak mudah terbakar (non-flammable), tidak membuat karat (non-corosive) dan salah satu gas yang bersifat Inert. Pada skala dan level industri, gas ini diproduksi di pabrik pemisahan udara yang membagi, menyaring, memampatkan, dan mendinginkan udara menjadi Oxygen (O2), Nitrogen (N2), dan Argon (Ar), namun karena jumlahnya hanya 1% dari atmosfer bumi, hal ini menjadi sulit diproduksi dalam jumlah yang besar dan kadang membuat gas ini menjadi langka di pasaran karena jumlah permintaannya lebih besar dari supply.
Teknik pengelasan dengan las argon tergolong baru dalam dunia welding. Teknik ini tergolong dalam TIG Welding (Tungsten Inert Gas) yaitu proses pencampuran bersama logam reaktif seperti magnesium dan aluminium. Untuk mengoperasikannya butuh panas stabil. Titik didihnya lebih dari 3.000 derajat celcius. Ini yang menjadikan molekul besi bisa menyatu dan hasil lasnya lebih rata.
Jenis gas pelindung biasanya digunakan untuk las TIG adalah argon , helium , atau kombinasi keduanya. Jika digabungkan, kedua gas dapat menjamin kecepatan pengelasan yang lebih tinggi dan penetrasi pengelasan. Argon paling banyak digunakan dalam pengelasan TIG karena argon lebih berat daripada udara dan menyediakan cakupan yang lebih baik pada saat pengelasan.
Teknik pengelasan argon sering dianggap paling sulit dari semua proses pengelasan umum yang digunakan dalam industri. Karena tukang las harus mempertahankan panjang busur pendek/pakan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencegah kontak antara elektroda dan benda kerja.
Berikut perbandingan teknik las Argon dengan teknik konvensional lainnya :
1. Sumber Api
Proses pengelasan Argon menggunakan sumber api yang berasal dari listrik yang dihasilkan oleh mesin las berupa travo (inverter). Pada pengelasan karbit, Proses pengelasannya menggunakan sumber api yang berasal dari gas yang dihasilkan oleh perendaman karbit, sedangkan pada las Acetylene (C2H2), gas Asetilen tersebut digunakan sebagai bahan bakar (fuel) untuk membuat sumber api. Pada dasarnya Las Karbit dengan Las Acetylene adalah sama yang membedakan proses perendaman karbit pada gas Acetylene (C2H2) dilakukan di pabrik Asetilin sehingga pengelasan di user atau pemakai lebih bersih karena tidak menghasilkan limbah dari karbit.
2. Sinar Las
Seorang welder atau operator las pada pengelasan argon wajib hukumnya memakai kedok/masker safety pada saat melakukan pengelasan. Hal ini disebabkan radiasi sinar yang dipantulkan oleh sumber api listrik sangatlah terang, oleh karena itu digunakan masker yang dilengkapi kaca hitam yang dirancang untuk meredam atau mengurangi silau pada mata, dan juga agar cairan logam bisa terlihat jelas dan dapat dengan mudah diarahkan. Apabila tidak menggunakan masker las mustahil akan mendapatkan hasil pengelasan yang baik sesuai standar dan tentu akan membuat mata menjadi bengkak dan berair, serta terasa pedih.
3. Alasan penggunaan
Pengelasan Argon lebih bersih dibandingkan pengelasan dengan menggunakan Gas Acetylene (C2H2), las karbit maupun elektroda. Hal ini dikarenakan gas Argon yang digunakan untuk mendukung proses pengelasan hampir tidak menghasilkan limbah atau polusi, hanya mengeluarkan sedikit asap. Sedangkan hasil pengelasan pada material besi yang dilas hasilnya lebih bersih, karena pengelasan jenis ini tidak menimbulkan percikan logam maupun kerak.
4. Rapih dan Halus
Hasil pengelasan Argon sangat mungkin rapi dan halus, serta bisa menjangkau posisi sempit tanpa mengorbankan performance/tampilan, hasil pengelasan tetap bisa kecil dan lurus, dan bisa digunakan untuk material dengan ketebalan logam 50mm atau lebih sampai dengan 1mm bahkan yang lebih tipis lagi.
5. Aplikasi pengelasan Stainless Steel (SS)
Hal ini mungkin akan jadi alasan utama, karena las Acetylene (C2H2) dan karbit tidak bisa digunakan untuk mengelas material besi logam SS, dan las elektroda/stick masih dapat digunakan hanya untuk material dengan tebal 2mm atau lebih saja, itupun masih meninggalkan percikan atau kerak kotoran yang kadang susah dibersihkan sehingga tidak disarankan untuk pengelasan pada material yang ada kontak langsung dengan produk farmasi, food & baverage dan kosmetik.
Komentar